Seperti yang sudah saya singgung di tulisan sebelumnya, Scandinavian Air atau SAS seharusnya termasuk ke dalam full service airlines dengan gengnya adalah Star Alliance. Kenyataannya, kita bisa memilih sendiri jenis tiket sesuai dengan budget yang kita miliki. Contohnya, ada tiket yang termasuk bagasi/tidak dan termasuk makan/tidak.
Tiket yang kami beli kebetulan termasuk bagasi 23 kg/orang. Agak mubazir sebenarnya untuk tipe turis seperti kami. Kelebihannya, kami tidak perlu pusing bongkar muat bagasi dulu sebelum datang ke counter check in.
Ohiya, kita juga bisa melakukan web check in minimal 24 jam sebelum waktu keberangkatan dan mencetak boarding pass sendiri.
Rute yang kami coba adalah Amsterdam – Copenhagen dengan kode perbangan SK 552. Tipe pesawatnya adalah Bombardier CRJ 900. Wah serupa tapi tak sama dengan pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000 yang pernah saya naiki dengan rute Makassar – Sorong beberapa waktu lalu.
Dilihat dari tipe pesawatnya, tidak heran bagasi kabin harus memenuhi ukuran dan berat tertentu. Strict banget loh aturannya.
Menjelang boarding, petugas SAS bergerilya ke antrian penumpang. Begitu melihat penumpang yang membawa tas kabin tidak sesuai aturan, dengan halus tapi maksa, mereka langsung menyuruh penumpang tersebut memakai luggage tag di tas kabinnya. Ada penumpang yang menolak dengan bilang, “No check in baggage just cabin“. Petugasnya dengan santai menjawab, “Tas lo ga muat dimasukin ke kabin. Harus dititipin sebelum naik pesawat. Tuh lihat aja jenis pesawatnya”.
Memang benar sih. Tangga untuk naik pesawatnya aja kecil begitu. Space dalam kabinnya pun sempit. Pramugari bule yang badannya besar itu agak kesulitan untuk berjongkok atau memeragakan tata cara keselamatan penerbangan.
Garbarata juga tidak disediakan. Kami cuma lewat lorong kecil sebentar, menuruni tangga, lalu sampailah di landasan pesawat. Tinggal jalan kaki sedikit menuju tangga pesawat. Brrrrr udara luaaaar biasa dinginnya sampai bisa menghembuskan nafas naga.
Di landasan dekat pesawat, ada semacam mobil yang disediakan untuk mengangkut bagasi penumpang yang kena luggage tag setelah lewat dari counter check in. Awalnya beberapa penumpang yang kena paksa untuk memasang luggage tag di koper kabinnya agak segan untuk menaruh kopernya di mobil itu. Begitu melihat tangga pesawat yang sempit barulah mereka patuh.
Eh tapi jangan mikir mending ga beli bagasi aja dong, toh nanti dikasih luggage tag sehingga dapat bagasi gratisan. Begitu sampai, ketika akan mengambil bagasi para penumpang tersebut akan ditagih biayanya. Kemungkinan lebih mahal dibanding beli tiket yang termasuk bagasi karena kan on the spot.
Tempat duduk dalam pesawat konfigurasinya 2-2. Kalau ga salah ingat sih di bagian depan ada semacam tempat duduk buat yang beli tiketnya ala-ala business class gitu. Leg room sempit banget tapi masih muatlah untuk orang Asia yang kecil mungil seperti kita.
Makanan dan minuman harus bayar lagi, kecuali sudah termasuk di tiket. Tidak ada menu yang menarik sih sepertinya. Palingan snack aja karena penerbangannya juga hanya satu jam lebih dikit. Sepertinya kalau mau bayar cuma terima kartu kredit deh. Entahlah, saya kurang memperhatikan. Standar Eropa kan cashless.
Servis pramugari so-so. Bukan standar ramah orang Asia. Sepertinya cuma ada 1 pramugari deh di penerbangan itu. Maklum, upah tenaga kerja di Eropa mahal.
Saya memutuskan untuk melanjutkan tidur. Perjalanan hingga ketemu kasur masih sangat panjang 😂
Note: sekali lagi maafkan saya yang tidak sempat foto pesawatnya maupun interior dalamnya.